Selasa, 27 Oktober 2020

1.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, cara pandang saya kepada siswa bahwa pembelajaran yang telah dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan siswa, dimana saat ini siswa dituntut untuk mahir dalam TIK dan saya sebagai guru TIK memandang apa yang disampaikan memang sesuai dengan tuntutan zaman. Di samping itu, jika siswa tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik atau mengerjakan kegiatan yang lain, siswa selalu di dalam posisi salah. Akibatnya sikap otoriter guru untuk membuat suasana kelas tenang harus dilakukan sehingga tidak mengganggu jalannya pembelajaran.

Salah satu penyebabnya karena pembelajaran berorientasi pada ketuntasan materi yang harus sesuai dengan kurikulum. Guru merasa dikejar oleh waktu agar materi dapat disampaikan sampai selesai sesuai dengan apa yang sudah dirancang sebelumnya. Dampak yang dirasakan kepada siswa :
  1. Siswa menjadi tidak aktif dan cenderung pasif, hanya beberapa siswa yang menunjukkan ketertarikan terhadap materi.
  2. Siswa menjadi kurang mandiri, karena dalam proses pembelajaran selalu menunggu arahan dari guru.
  3. Siswa terlihat disiplin dan mengikuti setiap arahan guru, tetapi pada saat ada guru.

Hal-hal tersebut tentunya bukan pembelajaran yang baik jika kita kembalikan pada konsep pendidikan dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara, yaitu pendidikan itu bersifat menuntunMenurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak- anak. Adapun tujuannya adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Dari pengalaman di atas, sebagai seorang guru wajib memiliki keinginan untuk terus belajar dengan prinsip Long Life Education. Guru juga berperan sebagai siswa. Pemerintah akhirnya meluncurkan program pengembangan SDM guru, salah satunya yaitu program "Guru Penggerak". Kompetensi yang ingin dikembangkan kali ini adalah kompetensi kepemimpinan, Tujuan dari guru penggerak nantinya sebagai pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila



Pada awal program guru penggerak ini, para guru diajak untuk merefleksi pendidikan berdasarkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Banyak hal yang dapat dipelajari dari filosofi yang diajarkan oleh beliau.

1. Dasar Pemikiran KHD - Menuntun, Ibarat Petani

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Benih yang ditanam meskipun kualitasnya kuran baik, tetapi diberikan perlakuan yang baik dan mendapatkan sinar matahari yang cukup tentunya akan menghasilkan tanaman yang berkualitas dan begitu sebaliknya. Siswa dengan beragam karakter dan kemampuan masing-masing jika mendapatkan pendidikan yang layak akan menjadikan manusia yang seutuhnya.

2. Dasar Pemikiran KHD - Budi Pekerti

Menurut KHD, menanamkan budi (pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan) anak akan menjadi pekerti (tenaga) di dalam mencapai keseimbangan hidup manusia yang bahadia dan dikenal dengan istilah cipta, karsa dan karya.

3. Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. Di dalam pendidikan anak, KHD menegaskan bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri dimana pendidikan saat sudah memasuki era abad 21. Pendidikan disesuaikan dengan perkembangan zaman, tetapi tetap melihat jati diri bangsa dan tidak terpengaruh budaya negara lain. Di samping itu, bermain juga menjadi salah satu kodrat anak. Permainan dapat digunakan juga sebagai pembelajaran.

4. 3 Semboyan Pendidikan : 

  • Ing Arso Sung Tuladha : Di depan memberi contoh/teladan.
  • Ing Madya Mangun Karsa : Di tengah memberi bimbingan.
  • Tut Wuri Handayani : Di belakang memberi dorongan semangat.
5. Asas Trikon

  • Kontinyu, Artinya pengembangan yang dilakukan harus berkesinambungan, dilakukan secara terus-menerus dengan perencanaan yang baik. 
  • Konvergen. Artinya pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktik pendidikan di luar negeri. Namun, tetap disesuaikan dengan konteks budaya lokal.
  • Konsentris. Artinya pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri.

6. Tri Pusat Pendidikan 
  • Pendidikan di lingkungan keluarga,
  • Pendidikan di lingkungan sekolah, dan
  • Pendidikan di lingkungan masyarakat
7. Pendidikan Berhamba pada Anak
    Pendidikan bebas dengan segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta suatu hak, melainkan berhamba pada sang anak. (Ki Hadjar Dewantara, 1922). Pembelajaran ini juga dikenal dengan student centered, yang berfokus pada kebutuhan anak agar tercipta pembelajaran aktif.

Dari konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara agar dapat diterapkan dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa tentunya harus bersifat holistik atau menyeluruh. Untuk mewujudkan pembelajaran tersebut sesuai dengan program Merdeka Belajar yang diluncurkan oleh Kemdikbud. Guru diberi keleluasaan untuk merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakter masing-masing sekolah/daerah. Guru menjadi lebih merdeka dalam berinovasi. Beberapa langkah yang akan dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran tersebut diantaranya :
  • Menyusun assesmen non kognitif dan assesmen kognitif sebelum memulai pembelajaran sehingga mengetahui minat dan kendala siswa dalam pembelajaran.
  • Meningkatkan disiplin diri dan bersikap yang positif agar menjadi teladan siswa.
  • Mengembangkan kerangka pembelajaran yang menarik bagi siswa dengan menyisipkan permainan dan tetap mengedepankan budi pekerti.
Dengan kembalinya pendidikan sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara harapannya dapat mencetak generasi bangsa sesuai dengan profil Pelajar Pancasila (beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berbhinekaan global, mandiri, gotong royong, bernalar kritis dan kreatif).

Rabu, 14 Oktober 2020

Lokakarya Perdana Calon Guru Penggerak


 "Halo bapak/ibu hebat, semangat pagi. Selamat sudah tergabung dalam Calon Guru Penggerak. ", begitu sapaan salah satu pendamping dalam kegiatan Lokakarya ke-0 a.k.a perdana. Semoga kegiatan ini membawa manfaat, mengingat begitu panjangnya proses seleksi yang kini sudah mencapai masa "awal kehamilan".

Program pendidikan Guru Penggerak merupakan salah satu upaya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan dalam meningkatkan kompetensi guru dalam hal kepemimpinan dalam pembelajaran. Pelaksana teknis kegiatan yang akan berjalan kurang lebih 9 bulan ini adalah PPPPTK dari masing-masing regional. Bali tergabung dalam PPPPTK Penjas dan BK.. 

Pada tahap sebelumnya, dimulai dari seleksi fasilitator yang berasal dari unsur pengawas, widya iswara dan dari PPPPTK itu sendiri, kemudian seleksi pendamping yang berasal dari unsur guru dan tentunya seleksi untuk calon guru penggerak dari unsur guru juga. 

Perjalanan panjang seleksi calon penggerak ini yang meloloskan 2800 peserta se-Indonesia merupakan tahap awal untuk mencari calon guru yang memang memiliki motivasi kuat untuk melakukan sebuah perubahan besar dalam dunia pendidikan. 

Pada hari ini, Rabu, 14 Oktober 2020 kegiatan pendidikan calon guru penggerak dimulai dari lokakarya perdana atau ke-0 telah dilaksanakan. Kegiatan berlangsung mulai pukul 09.00 WITA - 16.30 WITA. Inti dari kegiatan hari ini, sambutan dari kepala pusat PPPPTK Penjas dan Pkn dan masa orientasi awal untuk calon guru penggerak oleh para pendamping yang saling berkolaborasi menggali potensi awal, kekhawatiran selama keberlangsungan program, harapan dan solusi yang diharapkan yang disajikan dalam bentuk "mind map" secara berkelompok. Pada pertengahan sesi, penyampaian rencana program oleh pak Widya selalu pendamping membuat hati para peserta menjadi "dag dig dug". 9 bulan bukan waktu yang singkat untuk menyelesaikan program menghilangkan kata "calon" dan menjadi guru penggerak yang sesungguhnya. 

Pada akhir sesi, kalimat "Pokoknya GAS" dituliskan oleh salah satu rekan, Pak Tut Loka menjadi salah satu semangat untuk memantapkan komitmen para calon guru penggerak saling berkolaborasi dalam mengikuti program ini. Terima kasih saya ucapkan kepada Bu Citra selaku pendamping kelompok, pak Sembah dan Bu Ayu Ratih serta rekan-rekan calon guru penggerak lainnya untuk pengalaman berharga hari ini. Semoga ikhtiar yang dilakukan kali ini dapat meningkatkan kualitas guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat berjalan sesuai harapan. 

Guru penggerak, kami bisa! 

Salam dari Bali, Calon Guru Penggerak

~Kang Endra~