Minggu, 11 April 2021



Halo sobat guru se-Indonesia, semoga kita sebagai guru senantiasa untuk memiliki keinginan menimba ilmu yang tentunya berguna untuk diri kita, anak didik kita maupun masyarakat. Kali ini saya akan mencoba berbagai cerita mengenai koneksi antar materi dari modul pendidikan guru penggerak yang telah saya pelajari dan dikaitkan dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Ada sebuah kutipan yang menarik dari Bob Talbert:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).

Makna dari kutipan tersebut sungguh dalam, bahwa tujuan utama pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara. 


Peran guru dalam dunia pendidikan tetap tidak dapat tergantikan meskipun saat ini kemajuan teknologi mampu menggantikan guru dalam mentransfer ilmu kepada murid. Guru berperan dalam memperbaiki laku murid yang lebih mengarah kepada karakter dan memaksimalkan potensi murid. Sebagi pemimpin pembelajaran, kitalah sebagi guru yang berperan mengambil keputusan yang tepat tentang bagaimana cara menuntun, mendidik, mengajar, memaksimalkan potensi murid. 

Nilai-nilai yang tertanam pada diri kita akan berpengaruh pada bagaiman cara kita mengambil keputusan pada situasi yang kita alami selama mendidik murid. Sesuai dengan pandangan Ki Hajar Dewantara mengenai pratap Triloka, guru sebagai pamong harus memiliki jiwa : 

  • Ing Arso Sung Tuladha (di depan memberi contoh yang baik)
  • Ing Madya Mangun Karsa (di tengah menjadi prakarsa dan ide)
  • Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan semangat)
Jika kita memiliki jiwa tersebut niscara pendidikan di Indonesia akan menghasilkan murid yang cerdas dan berkarakter. 

Dalam proses pendidikan yang kita berikan kepada murid, tentunya kita sering mengalami permasalahan. Masalah dapat timbul baik dalam diri sendiri maupun dari luar. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran tentunya sangat erat dengan peran kita sebagai guru. Selama mengikuti pendidikan guru penggerak, nilai dan peran guru terus diasah dan ditingkatkan dimana saat ini guru penggerak dididik agar mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi baik permasalahan diri maupun siswa. 

Fasilitator dan instruktur guru penggerak telah memberikan proses coaching (bimbingan) kepada calon guru penggerak (CGP) untuk dapat secara mandiri memahami konsep dari pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. CGP diberikan berbagai studi kasus yang terjadi melalui berbagai permasalahan. CGP akhirnya mampu membedakan antara dilema etika (benar lawan benar) dan bujukan moral (benar lawan salah) serta menyelesaikan kasus tersebut berdasarkan paradigma dilema etika, prinsip serta 9 langkah pengambilan keputusan. 

Pendekatan yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan dilema etika diantaranya:

  • Berdasarkan paradigma pengambilan keputusan

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community). Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy). Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang,
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty). Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term), paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari

  • Berdasarkan prinsip pengambilan keputusan 
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), 
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), 
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).
  • 9 langkah pengambilan keputusan
  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi.
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
  4. Pengujian benar atau salah terdiri dari : Uji legal, Uji regulasi/standar professional, Uji intuisi, Uji halaman depan Koran, Uji panutan/idola.
  5. Pengujian paradigma benar lawan benar
  6. Melakukan prinsip resolusi
  7. Investigasi opsi trilema
  8. Buat keputusan
  9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan
Keputusan-keputusan yang diambil harapannya dapat menyelesaikan permasalahan dengan resiko yang paling kecil dan berdampak baik pada lingkungan kelas/sekolah. Jika setiap permasalahan diselesaikan seperti ini niscaya sekolah akan memiliki ekosistem pendidikan yang kondusif dan berdampak langsung pada karakter murid yang baik pula.

Perubahan yang terjadi di sekolah tentunya tidak serta merta dapat diikuti oleh seluruh warga sekolah. Di sinilah pentingnya peran guru-guru penggerak yang dapat berkolaborasi antar warga sekolah, sharing pengalaman dan ilmu untuk mengubah mindset para warga sekolah tentang pendidikan yang berpusat pada murid, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sesuai kebutuhan murid, pembelajaran sosial emosional yang mengarah kepada karakter serta teknik coaching agar murid dapat menjadi pribadi yang kritis, mandiri, kreatif dan saling berkolaborasi. Merdeka belajar yang diprakarsai oleh "Mas" Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Anwar Makarim tentuanya dapat terwujud pada generasi ini jika proses mendidik murid dilakukan oleh guru-guru yang mampu menerapkan berbagai pembelajaran yang berpusat pada murid. Semoga pendidikan di Indonesia dapat lebih baik lagi untuk mewujudkan generasi emas dan berkarakter pancasila.

Salam Guru Penggerak!
Guru penggerak, merdeka belajar.

Ditulis oleh : Endra Kuswara, S.Pd.
SMP Negeri 1 Petang
Calon Guru Penggerak Angkatan 1 Kabupaten Badung

0 komentar: