Senin, 31 Mei 2021


Salam Guru Penggerak!

Halo sobat guru hebat se-Indonesia, semoga semangat Ki Hajar Dewantara dalam memberikan pendidikan yang berdampak pada murid terus mengalir dalam diri kita. Kali ini kembali hadir dengan materi Koneksi antar materi - Pengelolaan program yang berdampak pada murid. Materi ini juga akan dikaitkan dengan materi sebelumnya. 

Pendidikan itu adalah menuntun

Sekolah merupakan tempat pendidikan bagi murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Tujuan dari pendidikan adalah mengembangkan potensi murid dan mencerdaskan kehidupan bangsa untuk dapat mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

"Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat." (Ki Hadjar Dewantara, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.1, paragraf 4)

Murid memiliki potensinya masing-masing yang dapat dikembangkan dan dimaksimalkan dengan baik. Peran guru dalam dunia pendidikan dapat dikatakan sebagai pamong. Guru harus dapat menjadi teladan, guru dapat menjadi prakarsa dan ide bagi murid serta guru selalu memberi dorongan semangat kepada murid untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. 

Peran Guru Penggerak dalam Pendidikan


Pendidikan guru penggerak yang digagas oleh Kementerian, Pendidikan dan Kebudayaan yang saat ini berubah menjadi Kemdikbudristek mencetak guru-guru untuk menjadi agen perubahan dalam kepemimpinan pembelajaran di sekolah. Di dalam program pendidikan ini tentunya membentuk guru untuk dapat memperbaiki pembelajaran di kelas, mendorong kepemimpinan siswa, menggerakkan komunitas belajarnya dan yang paling utama dapat mengembangkan potensi siswa secara maksimal.

Guru penggerak dibekali ilmu dan pengetahuan untuk dapat meningkatkan kompetensi dirinya. Ada 4 kompetensi yang ditingkatkan, yaitu :

  1. Kompetensi mengembangkan diri dan orang lain
  2. Kompetensi memimpin pembelajaran 
  3. Kompetensi memimpin pengembangan sekolah
  4. Kompetensi manajemen sekolah
Untuk kompetensi 1 dan 2, guru penggerak sudah mempelajari materi tentang penumbuhan budaya positif di sekolah, pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial emosional dan teknik coaching dalam penyelesaian masalah.







Sekolah sebagai suatu Ekosistem

Penyusunan sebuah program tentunya didasarkan kepada tujuan dari program itu sendiri. Tujuan utama dari program yang disusun harus mampu mengembangkan potensi dan kekuatan yang ada pada murid dan dapat mendukung tumbuh kembang anak dalam meraih merdeka belajar. 

Sekolah sebagai ekosistem pendidikan yang terbangun dari sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotic (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lain sehingga akan menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah faktor-faktor biotik ini akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Ibarat siklus dalam rantai makanan, ia akan saling mempengaruhi dan membutuhkan satu sama lainnya sehingga terciptalah keselarasan dan keharmonisan yang diharapkan.


Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengelola sumber daya yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thinking). Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, bahwa pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, dimana kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, dan yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif yang dimiliki. 

Sedangkan Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) adalah sebuah konsep pendekatan yang fokus pada apa yang kurang, apa yang mengganggu dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif yang semakin lama akan membuat kita lupa akan potensi kekuatan yang ada disekitar kita untuk dioptimalkan.



Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.


Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Komunitas dapat melihat potensinya menjadi sebuah aset/modal yang dapat dikelola sesuai dengan tujuan dari program yang sedang dijalankan. 


Pengembangan Program yang Berdampak pada Murid


Ada 3 tahapan utama dalam penyusunan program :

  1. Plan (Perencanaan Program)
  2. Do (Pelaksanaan Program)
  3. Evaluation (Evaluasi Program)

Dalam penyusunan perencanaan program memiliki banyak unsur pertimbangan agar program dapat terencana dengan baik. Pertama, program dikembangkan berdasarkan aset yang dimiliki.



Ada 7 modal yang dapat dimanfaatkan dalam sebuah komunitas/sekolah.
1. Modal Manusia
  • Sumber daya yang berkualitas berkaitan dengan kondisi seseorang baik dalam bidang tingkat pendidikan, kesehatan, dan kompetensi yang dimiliki.
2. Modal Sosial
  • Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat.
  • Asosiai atau kelompok yang terdapat dalam masyarakat.
3. Modal Fisik
  • Bangunan atau gedung untuk ruang kelas dalam proses pembelajaran (laboratorium, perpustakaan, dll).
  • Sarana dan prasarana penunjang (air, listrik, internet, jalan, alat transportasi, dll)
4. Modal Alam/Lingkungan
  • Potensi yang dimiliki di sekitar sekolah yang jika diolah dapat memiliki nilai (sungai, kebun, sawah, laut, hewat, tanaman,dll).
5. Modal Finansial
  • Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas/sekolah yang bersumber dari internal.Contoh: Dana BOS.
  • Modal finansial termasuk pengetahuan bagaimana menghasilkan uang untuk mengelola sumber daya di dalam komunitas/sekolah, seperti menanam sayur untuk dijual, membuat karya untuk dipasarkan, dll.
6. Modal Politik
  • Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.
  • Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.
7. Modal Agama dan Budaya
  • Keragaman budaya dan agama yang dimiliki untuk menumbuhkan rasa kasih sayang, saling peduli (empati) yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.

Penyusunan program dapat menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA).

Pengelolaan sumber daya yang baik tentunya akan berdampak pada pencapaian program yang akan dilaksanakan di sekolah. Hal ini tentunya berkaitan dengan pendekatan berbasis aset seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pendekatan IA ini melalui tahapan BAGJA dapat digunakan sebagai langkah konkrit dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki sehingga program yang ingin dilakukan memiliki alur yang jelas agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan.

Student leadership atau kepemimpinan pada murid adalah salah satu contoh pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid. Kepemimpinan pada murid artinya murid mengambil peran aktif dalam pendidikan mereka dan mengembangkan keterampilan positif dalam proses tersebut.

Program sekolah yang berorientasi pada student leadership dapat melahirkan dan menumbuhkembangkan budaya kepemimpinan, sikap kolaboratif, rasa tanggung jawab, sikap peduli, dan rasa percaya diri dalam diri murid. Selain menumbuhkan sikap positif, student leadership dapat menumbuhkan keterampilan berkomunikasi dan memiliki keterampilan manajerial yang dapat dimanfaatkan untuk komunitas yang lebih luas di masa yang akan datang.

Dalam penyusunan program juga harus mempertimbangkan resiko yang akan terjadi sehingga ada pencegahan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan maupun alternatif yang dapat diambil jika resiko tersebut terjadi.


Evaluasi program sangat penting dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan program. Di dalam evaluasi program juga menghimpun berbagai informasi dan analisis internal selama proses tahapan program dilaksanakan. Fakta apa yang terjadi, pelajaran apa yang dapat dipetik, dan apa yang diharapkan untuk perbaikan program ke depannya.Evaluasi program disusun menjadi sebuah laporan yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam menyusun program selanjutnya.






0 komentar: