Kamis, 29 April 2021


Salam Bahagia!

Halo sobat guru sekalian, masih dalam situasi pandemi covid-19. Semoga kita tetap dalam keadaan sehat wal afiat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Kali ini kembali hadir dengan materi Koneksi Antar Materi Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dimana dalam materi ini akan dihubungkan dengan konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, visi sebagai guru penggerak, penumbuh budaya positif, pembelajaran berpusat pada murid serta teknik coaching dalam penyelesaian suatu masalah. 

Sekolah sebagai suatu ekosistem



Eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.

JIka diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya seperti yang tertera pada gambar di atas.



Sekolah tentunya memiliki program dalam peningkatan proses pendidikan yang terjadi di dalamnya dengan menggunakan berbagai pendekatan. Pendekatan berbasis masalah cenderung melihat terhadap sesuatu yang kurang, apa yang mengganggu, dan apa yang tidak bekerja. Kita terus berpaku pada penyempurnaan hal-hal yang kurang tadi sehingga menjadi sempurna. Pemikiran yang demikian jika dilakukan secara terus menerus akan membuat kita menjadi buta dalam melihat potensi yang dimiliki.
Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi

Pendekatan Berbasis Aset (Aset Based Thinking)


Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Komunitas dapat melihat potensinya menjadi sebuah aset/modal yang dapat dikelola sesuai dengan tujuan dari program yang sedang dijalankan. 

Ada 7 modal yang dapat dimanfaatkan dalam sebuah komunitas/sekolah.


1. Modal Manusia
  • Sumber daya yang berkualitas berkaitan dengan kondisi seseorang baik dalam bidang tingkat pendidikan, kesehatan, dan kompetensi yang dimiliki.
2. Modal Sosial
  • Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat.
  • Asosiai atau kelompok yang terdapat dalam masyarakat.
3. Modal Fisik
  • Bangunan atau gedung untuk ruang kelas dalam proses pembelajaran (laboratorium, perpustakaan, dll).
  • Sarana dan prasarana penunjang (air, listrik, internet, jalan, alat transportasi, dll)
4. Modal Alam/Lingkungan
  • Potensi yang dimiliki di sekitar sekolah yang jika diolah dapat memiliki nilai (sungai, kebun, sawah, laut, hewat, tanaman,dll).
5. Modal Finansial
  • Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas/sekolah yang bersumber dari internal.Contoh: Dana BOS.
  • Modal finansial termasuk pengetahuan bagaimana menghasilkan uang untuk mengelola sumber daya di dalam komunitas/sekolah, seperti menanam sayur untuk dijual, membuat karya untuk dipasarkan, dll.
6. Modal Politik
  • Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.
  • Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.
7. Modal Agama dan Budaya
  • Keragaman budaya dan agama yang dimiliki untuk menumbuhkan rasa kasih sayang, saling peduli (empati) yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.

Pengelolaan Aset sesuai dengan Filosofi Ki Hadjar Dewantara


Sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara, bahwa kita sebagai pendidik hanya menuntuk tumbuh atau hidupnya kodrat pada anak agar dapat memperbaiki lakunya. Hubungan pendekatan berbasis aset dengan filosofi ini bahwa kita dapat meilihat setiap anak memiliki potensi yang berbeda untuk dikembangkan melalui proses pendidikan di sekolah. Melihat kekurangan anak memang jauh lebih mudah, tetapi mengembangkan potensi anak adalah hal yang utama sehingga anak kelak dapat menemukan kebahagian yang setinggi-tingginya sesuai dengan tujuan pendidikan.


Peran guru penggerak dalam transformasi pendidikan dapat mengubah paradigman berpikir dalam mendidik siswa. Guru penggerak dididik untuk dapat menjadi agen perubahan agar mampu menggerakkan komunitas yang ada di dalamnya serta mengembangkan potensi siswanya.


Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru dalam mendidik siswa yaitu dengan menerapakan budaya positif, dimana tujuan dari penumbuhan budaya positif adalah menumbuhkan karakter baik pada anak. Penerapan disiplin positif di sekolah dapat dilakukan untuk melatih anak dapat memahami perilakunya sendiri, mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri sehingga dapat mendorong motivasi intrinsik yang berasal dari diri anak sendiri.

Pembelajaran yang Berpusat pada Murid

Setiap anak memiliki potensi, minat dan bakat dalam mengembangkan dirinya. Tentunya kita sebagai guru harus memandang anak sebagai manusia yang unik dan dididik dengan cara yang berbeda. Pembelajaran yang dilakukan dengan memandang perbedaan ini dikenal dengan istilah Pembelajaran Berdiferensiasi seperti pada gambar di bawah ini. 



Di samping pembelajaran berdiferensiasi, guru juga harus mempertimbangkan aspek sosial emosional siswa dalam proses belajar. Otak manusia dapat bekerja berdasarkan stimulus yang diberikan baik dari dalam maupun dari luar. Praktik berkesadaran penuh (mindfullness) menjadi hal yang wajib dilakukan untuk merangsang otak agar dapat dikelola dengan baik dan dapat berpikir dengan jernih sehingga akan berdampak pada proses pengambilan keputusan.


Prinsip Penyelsaian Masalah dengan Coaching

Sebagai guru tentunya kita sering menghadapi masalah baik masalah diri sendiri, siswa mapun rekan sejawat yang ada di sekolah. Di dalam proses pembelajaran, jika kita mengalami permasalahan atau siswa yang memiliki permasalahan dalam belajar, kita dapat menggunakan metode penyelesaian masalah dengan menggunakan teknik coaching. Teknik ini melibatkan coach dan coachee (pemiliki masalah), dimana peran coach hanya bertugas sebagai fasilitator untuk menemukan potensi yang ada di dalam diri coachee. Kemampuan yang wajib dimiliki coach diantaranya komunikasi asertif, bertanya efektif, pendengar aktif dan umpan balik positif. Tujuan akhir dari proses coaching ini, coachee dapat menemukan solusi terbaik dari permasalahannya secara mandiri sehingga dapat bertanggung jawab atas pilihannya sendiri.


Di samping teknik coaching yang melibatkan orang lain untuk dapat membantu menyelesaikan masalah, kita juga dapat menerapkan framework pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip serta 9 langkah pengambilan keputusan. Sebagai seorang pemimpin, hal ini juga dapat menjadi alternatif dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 


Pengelolaan Sumber Daya dengan Pendekatan IA (Inkuiri Apresiatif)

Pengelolaan sumber daya yang baik tentunya akan berdampak pada pencapaian program yang akan dilaksanakan di sekolah. Hal ini tentunya berkaitan dengan pendekatan berbasis aset seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pendekatan IA ini melalui tahapan BAGJA dapat digunakan sebagai langkah konkrit dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki sehingga program yang ingin dilakukan memiliki alur yang jelas agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan.





0 komentar: